Masa
kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang
mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga banyak sekali yang perlu
diperhatikan saat masa kehamilan sampai dengan lahir. Terutama untuk kematian
bayi di Indonesia yang masih tinggi.
Menurut
Menteri Kesehatan dalam sambutannya di kampanye peduli kesehatan ibu 2014 yang
disampaikan melalui Wakil Menteri Kesehatan Prof.Ali Gufron Mukti., M.Sc., PhD
menyatakan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup
dan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012
mencapai 160.681 anak. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia di sebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor, diantaranya adalah faktor
penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai
generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa.Namun, masalah kesehatan anak merupakan salah
satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara
Indonesia. Sehingga berdasarkan masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.
Dalam
upaya mengatasi permasalahan angka kematian bayi yang masih tinggi harus
dilakukan beberapa strategi dalam menemukan akar permasalahan apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya
angka kematian pada bayi. Dengan mengacu pada kerangka analisis Mosley dan Chen
(1984). Beberapa hal yang perlu dilakukan identifikasi adalah beberapa variabel
yang dapat mendukung angka kejadian masih tinggi. Variabel – variabel yang
dapat secara langsung mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Hal ini
berhubungan dengan faktor sosial ekonomi yang terbagi dalam beberapa hal yakni faktor
ibu, faktor lingkungan, kekurangan gizi, pelayanan kesehatan, pengendalian
penyakit perorangan. Karena menurut Mosley dan Chen (1988) menyatakan bahwa
faktor sosial ekonomi dan budaya tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
anak.
Pada
kerangka analisis Mosley dan Chen faktor – faktor tersebut sangat mendukung
terjadinya AKB.
- Faktor
Ibu
Faktor ibu yang yang sangat berpengaruh
dalam terjadinya AKB adalah umur, paritas, jarak antara kelahiran, riwayat penyakit,
dan riwayat persalinan. Sehingga dari beberapa hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap terjadinya kematian perinatal.
Faktor umur pada ibu yang sedang pada
proses reproduksi akan dianggap optimal jika umur ibu tersebut untuk kehamilan
adalah antara 20 sampai dengan 35 tahun. Sedangkan diatas usia tersebut dapat
mengakibatkan risiko kehamilan dan persalinan (Martaadisoebrata, 2005). Umur
ibu yang <20 tahun akan beresiko karena pada umur tersebut rahin dan panggul
ibu belum berkembang dengan baik sehingga perlu diwaspadai saat mengalami
persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lainnya. Sedangkan
untuk umur ibu >35 tahun beresiko mengalami pendarahan , hipertensi,
obesitas, diabetes, myoma uteri, persalinan lama dan penyakit – penyakit
lainnya (Depkes RI, 2001).
Paritas juga perpengaruh pada AKB karena
berhubungan dengan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Kehamilan pertama
dan setelah kehamilan keempat memiliki resiko yang tinggi. Karena kehamilan ini
beresiko terhadap kelainan letak, disertai penyulit, pendarahan ante partus,
dan lain – lain (Martadisoebrata, 2005).
Resiko kehamilan lain yang berhubungan
dengan faktor ibu terhadap AKB adalah jarak antara kehamilan. Dimana kematian
anak akan meningkat jika jarak antara dua kehamilan < 2 tahun. Karena akan
beresiko pada rahim dan kesehatan ibu yang belum pulih dan berpengaruh pada
pertumbuhan janin dan pendarahan jika jarak kelahiran anak sebelumnya kurang
dari 2 tahun.
Ketika dalam masa kehamilan maupun
proses kelahiran riwayat kesehatan berpengaruh karena berhubungan dengan
pertumbuhan janin sehingga merugikan kehamilan juga sehingga kapanpun kehidupan
janin dapat terancam. Adapun penyakit yang beresiko dalam kehamilan terbagi
menjadi dua yakni penyakit akibat komplikasi yang tidak langsung berhubungan
dengan kehamilan seperti diabetes mellitus dan anemia. Sedangkan penyakit
akibat komplikasi langsung dengan kehamilan yakni preeklamsia dan eklamsia,
pendarahn antepartum, dan ketuban pecah dini.
Riwayat persalinan menjadi faktor terakhir
lain dari faktor ibu yang mengakibatkan AKB tinggi. Persalinan yang pernah
dialami oleh ibu dengan pendarahan, abortus, partus prematuritas, kematian
janin dalam kandungan dan resiko lain sebelumnya yang pernah terjadi pada
kehamilan sebelumnya yang harus di waspadai dalam kehamilan yang selanjutnya. Karena
dapat mengakibatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan.
- Pencemaran
Lingkungan
Pencemaran lingkungan berhubungan dengan
media penyebaran penyebab penyakit seperti udara, air, makanan, serangga dan
lain – lain. Udara berhubungan dengan resiko ketika masih janin (dapat melalui
ibu) dan ketika sudah lahir terkena resiko infeksi saluran pernafasan. Air
dapat berkaitan dengan jenis asal air yang diberikan kepada anak sehingga dapat
mengakibatkan beberapa permasalahan penyakit seperti keracunan dan lain
sebagainya. Makanan dapat berasal dari
cara mencuci, memasak, dan menyimpan bahan makanan. Serangga pembawa oenyakit
yang menularkan penyakit parasit maupun virus.
- Kekurangan
Gizi
Status gizi pada ibu hamil sangatlah
penting terhadap pencegahan AKB yang meningkat. Karena kekurangan gizi
berhubungan dengan kekurangan protein, kekurangan vitamin dan mineral. Masalah
gizi lain yang berhubungan dengan meningkatnya AKI adalah masalah gizi lain
yakni kurang energi kronis (KEK) dan konsumsi garam beryodium yang masih
rendah. Sehingga, status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin Pudjiadi, 2003).
Hal tersebut dapat terjadi jika di
dukung dengan karakteristik sosio ekonomi wanita. Ketika seorang wanita dengan
sosio ekonomi rendah maka, kebutuhan akan gizi akan sulit untuk terpenuhi lain
dengan wanita dengan sosio ekonomi yang kaya. Misalnya wanita hamil yang
kekurangan gizi terutama dalam pemenuhan zat besi, dia akan cenderung untuk
mengalami anemia yang berdampak pada kelahiran bayi dengan berat badan lahir
rendah. Sehingga sangat rentan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada
kematian. Sedangkan pada kondisi tertentu ibu hamil yang kurus dan selama
kehamilan disertai dengan penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai
10 kg dapat memiliki resiko melahirkan bayi BBLR. (Depkes RI, 2008).
Beberapa hal yang perlu diwaspadai
ketika pada ibu hamil mengalami gizi kurang. Ketika ibu hamil tersebut dalam
proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan menjadi sulit dan lama, premature, pendarahan setelah
persalinan, dan persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Sedangakan
dampak terhadap janin yang masih berada dalam kandungan dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawahan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati
dalam kandungan), dan BBLR (Nelson, 2000).
- Pelayanan
Kesehatan
Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil
selama masa kehamilan yang dilakuakan oleh tenaga kesehatan profesional dengan
standar pelayanan yang telah ditetapkan merupakan pelayanan antenatal care. Pada antenatal care terdapat kegiatan seperti
konseling gizi, pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama masa hamil, dan
lain sebagainya. Pelayanan antenatal care
sering dipakai standar minimal
meliputi 5T. Antenatal care merupakan
pemeriksaan ibu dan janin selama kehamlan yang dilakukan secara teratur, mulai
dari trimester I sampai trimester III. Tujuan dari adanya antenatal care adalah menyiapkan fisik dan mental ibu hamil serta
dapat menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan dan persalinan. Penelitian
yang dilakukan di Brazil (Mutiara, 1994) melaporkan bahwa jumlah kunjungan
pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan Angka Kematian Bayi sebanyak 56,2 per
1000 kelahiran hidup.
Pada pelayanan kesehatan tidak hanya
beruapa pelayanan saat kehamilan saja, tetapi saat proses persalinan juga.
Penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dilakuakan secara
steril dan aman sehingga apabila terjadi gangguan selama proses persalinan akan
segera diketahui sehingga dapat langsung dirujuk. Sehingga dapat mencegah
terjadinya kematian pada ibu dan bayi.
- Pengendalian
Penyakit Perorangan
Komponen dalam pengendalian penyakt
perorangan adalah tindakan preventif yang dilakukan oleh ibu hamiluntuk
mencegah penyakit agar tidak menurun atau menyerang bayi yang sedang
dikandungnya dan anak yang telah dilahirkannya. Masalah – masalah yang
ditimbulkan dapat berupa kematian seorang bayia atau anak dari rangkaian
kumulatif penderitaan dan peristiwa
biologis saat dalam kandungan. Ketika penyakit yang diakibatkan karena beberapa
faktor dan tidak dapat dilakukan pengendalian maka dapat berujung pada kematian
janin dan bayi.
Dari kerangka analisis Mosley dan Chen
dapat diketahui beberapa permasalahan yang dapat mendukung untuk meningkatnya
Angka Kematian Bayi (AKB). Sehingga dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi
di Indonesia dapat dilakukan dengan memutus mata rantai dari faktor – faktor
AKB tersebut. Namun jika dapat digambarkan kerangka Analisis Mosley dan Chen
(1984) adalah sebagai berikut:
Ketika
mengetahui kerangka tersebut, dapat dilakukan tindakan – tindakan dalam upaya
mengatasi AKB yang tinggi. Sehingga
dari beberapa faktor yang ada sudah bisa ditentukan faktor apa saja yang dapat
diatasi dengan cara pencegahan dan pengobatan. Tindakan – tindakan yang tepat
merupakan strategi untuk mengatasi dari sekian determinan yang mendukung
tingginya AKB dapat membuat upaya yang dilakukan lebih efektif dan terarah.
Saat mengetahui rule yang sudah
digambarkan tidak hanya peran pemerintah saja atau masyarakat saja. Tetapi
peran bersama untuk mengatasi permasalahan AKB yang tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar