Engel, et al.
(1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana
alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan
pelanggan, ketidakpuasan muncul apabila hasil tidak memenuhi harapan. (yohana, 2009)
Sedangkan
menurut Kotler kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Harapan
konsumen mempunyai peran yang besar dalam membentuk kepuasan konsumen. Dalam
konteks kepuasan konsumen, harapan merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen
tentang apa yang akan diterimanya. Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah
persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima (yohana, 2009) . Secara konseptual kepuasan pelanggan
dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar berikut
Gambar 2.1.
Konsep Kepuasan Pasien
Faktor-faktor yang Mepengaruhi Kepuasan
Pasien
Menurut
Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang
diterima mengacu pada beberapa faktor, yaitu:
a.
Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang
digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal
yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi
perusahan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya. Dalam hal
pelayanan di rumah sakit aspek klinis, yaitu komponen yang menyangkut pelayanan
dokter, perawat dan terkait dengan teknis medis adalah produk atau jasa yang
dijual (Lusa, 2007).
b.
Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam
industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Mutu
pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan tingkat kepuasan pasien dapat
bersumber dari faktor yang relatif sefesifik, seperti pelayanan rumah sakit,
petugas kesehatan, atau pelayanan pendukung (Woodside, 1989). Prioritas
peningkatkan kepuasan pasien adalah memperbaiki kualitas pelayanan dengan
mendistribusikan pelayanan adil, palayanan yang ramah dan sopan, kebersihan,
kerapian, kenyamanan dan keamanan ruangan serta kelengkapan, kesiapan dan
kebersihan peralatan medis dan non medis (Marajabessy, 2008).
c.
Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain
kagum terhadap konsumen bila dalam hal
ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit
mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Selain itu,
pengalaman juga berpengaruh besar terhadap emosional pasien terhadap suatu
pelayanan kesehatan (Robert dan Richard, 1991). Perasaan itu meliputi senang
karena pelayanan yang menyenangkan, terkejut karena tak menduga mendapat
pelayanan yang sebaik itu, rasa tidak menyenangkan dan kekecewaan terhadap
suatu pelayanan tertentu sangat mempengaruhi pemilihan terhadap rumah
sakit.
d.
Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting
dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian
elemen ini mempengaruhi pasien dari segi
biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama
tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
e.
Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk
mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Menurut, Lusa (2007) , biaya dapat dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya,
kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang
sejenis lainnya, tingkat masyarakat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi
masyarakat miskin,dan sebagainya. Selain itu, efisiensi dan efektivitas biaya,
yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada diagnosa dan terapi yang berlebihan
juga menjadi pertimbangan dalam menetapkan biaya perawatan.
Sementara itu
ahli lain Moison, Walter dan White menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan konsumen, yaitu :
a.
Karakteristik produk
Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang
bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah
sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar
yang disediakan beserta kelengkapannya.
b.
Harga
Harga yang termasuk didalamnya adalah harga produk
atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan
kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini
mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal
harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Herianto dan
kawan-kawan (2005) menemukan, ekspektasi masyarakat terhadap harga yang murah
ditemukan cukup tinggi. Ini dikarenakan masyarakat miskin di Indonesia memang
cukup tinggi.
c.
Pelayanan
Pelayanan yaitu pelayanan keramahan petugas rumah
sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam
memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain
yang berkunjung di rumah sakit. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Dapat dijabarkan dengan
pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana
tingkat komunikasi, responsi, support, seberapa tanggap dokter/perawat di
ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan dokter/perawat
dihubungi, keteraturan pemberian meal, obat, pengukuran suhu dsb (Lusa, 2007).
Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan
pelayanan keperawatan.
f.
Lokasi
Lokasi meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan
lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam
memilih rumah sakit. Akses menuju lokasi yang mudah dijangkau mempengaruhi
kepuasan klien dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit maupun
pusat jasa kesehatan lainnya (Heriandi, 2007). Umumnya semakin dekat rumah
sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi
dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan
rumah sakit tersebut.
g.
Fasilitas
Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan
penilaian kepuasan pasien misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan
prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap.
Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan klien, namun rumah
sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan
strategi untuk menarik konsumen. Berbagai kegiatan dan prasarana kegiatan
pelayanan kesehatan yang mencerminkan kualitas rumah sakit merupakan determinan
utama dari kepuasan pasien. Pasien akan memberikan penilaian (reaksi afeksi)
terhadap berbagai kegiatan pelayanan kesehatan yang diterimanya maupun terhadap
sarana dan prasarana kesehatan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Penilaian mereka terhadap kondisi rumah sakit (mutu baik atau buruk)
merupakan gambaran kualitas rumah sakit seutuhnya berdasarkan pengalaman
subjektif individu pasien(Utama, 2003).
h.
Image
Image yaitu citra, reputasi dan kepedulian rumah
sakit terhadap lingkungan. Image juga
memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah
sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam
menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera
dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain
maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah
sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. pasien akan tetap setia
menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan harapan yang diinginkan
pasien.
i.
Desain visual
Desain visual meliputi dekorasi ruangan, bangunan
dan desain jalan yang tidak rumit. Tata
ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit,
oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan
strategi terhadap kepuasan pasien atau konsumen. Aspek ini dijabarkan dalam
pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan
dan minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC,
pembuangan sampah, kesegaran ruangan dan lain-lain (Lusa, 2005).
j.
Suasana
Suasana meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu.
Suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi
kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien
saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit
akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan
bagi pengunjung rumah sakit tersebut. Menurut Lusa (2007), aspek ini tidak
hanya penting untuk memberikan kepuasan semata, tetapi juga memberi
perlindungan kepada pasien. Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien
dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh,
kebakaran, dan lain-lain adalah aspek penting yang menentukan kepuasan. aspek
ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan,
kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan,
kebersihan WC, pembuangan sampah, kesegaran ruangan dan lain-lain. Perawat
harus memperhatikan aspek ini.
k.
Komunikasi
Komunikasi yaitu tata cara informasi yang diberikan
pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan
dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam
memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan
didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap
informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien
maupun orang yang berkunjung di rumah sakit, akan dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional,
kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas,
komunikasi, suasana, dan desain visual. Komunikasi dalam hal ini juga termasuk
perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan
informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan
pasien RS. Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa outcome tak sesuai
dengan harapannya merasa cukup puas karena dilayanidengan sikap yang menghargai
perasaan dan martabatnya (Suryawati dkk, 2006).
3. Pengukuran
kepuasan pelanggan
Kepuasan itu
sendiri dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya seperti yang dikemukakan
oleh Kotler tentang metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
a.
Sistem keluhan dan saran
Metode
ini dilakukan dengan cara pasien menyampaikan keluhan dan saran melalui kotak saran,
kartu komentar, saluran telepon khusus dan lain-lain.
b.
Survei kepuasan pelanggan
Pengukuran
kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya :
1)
Directly
reported satisfaction yakni pengukuran langsung dengan
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada pasien tentang tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan.
2)
Derived
dissatisfaction yakni pengukuran yang dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan tentang seberapa besar harapan dan hasil dari
kinerja pelayanan yang telah dirasakan pasien.
3)
Problem
analysis yakni pengukuran kepuasan yang dilakukan dengan
cara meminta responden untuk menuliskan masalah yang berkaitan dengan pelayanan
yang telah diberikan beserta menuliskan saran-saran untuk perbaikan dalam
pelayanan.
4)
Importance-performance
analysis yakni pengukuran kepuasan yang dilakukan dengan
cara meminta responden untuk merangking berbagai elemen dari pelayanan yang
ditawarkan berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik
kinerja pelayanan masing-masing elemen.
c. Ghost shopping
Metode ini dilakukan
dengan cara mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai
pasien dengan tujuan untuk melihat kekurangan atau kelebihan dari
pelayanan.
d. Lost customer analysis
Metode ini dilakukan
dengan cara pemberi pelayanan menghubungi pelanggan yang berhenti atau pindah
ke tempat pelayanan lain dan memantau angka kehilangan pelanggan yang
menunjukkan kelemahan dalam memuaskan pelanggan.
Tjiptono juga
menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan memiliki hubungan yang erat dengan
kualitas. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan
seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan
kebutuhan pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dengan cara memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan dan
meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. (yohana, 2009)
4. Klasifikasi
Kepuasan
Menurut Gerson
(2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan
dalam beberapa tingkatan sebagai berikut :
a. Sangat
memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif
hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan
sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti
sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter
atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses administrasi), yang seluruhnya
menggambarkan tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi.
b. Memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif
hasil penilaian perasaan pasien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak
sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu
bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), atau kurang
ramah, yang seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang.
c. Tidak
memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subjektif
hasil penilaian perasaan pasien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan
tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk
sarana), agak lambat (untuk proses administrasi), atau tidak ramah.
d. Sangat
tidak memuaskan.
Diartikan sebagai ukuran subjektif
hasil penilaian perasaan pasien yang rendah, menggambarkan pelayanan kesehatan
tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak bersih (untuk sarana),
lambat (untuk proses administrasi), dan tidak ramah. Seluruh hal ini
menggambarkan tingkat kualitas yang kategori paling rendah.
Berpedoman pada
skala pengukuran yang dikembangkan likert dikenal dengan istilah skala likert,
kepuasan pasien dikategorikan menjadi, sangat puas, agak puas, dan tidak puas.
Kategori ini dapat dikuantifikasi misalnya ; sangat puas bobotnya 3, agak puas
bobotnya 2, dan tidak puas bobotnya 1 (Utama, 2003).
5. Analisis
Harapan dan Kepuasan Pelanggan
Analisis Tingkat Harapan Kepuasan
Pelanggan digambarkan dalam diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun
dibagi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak
lurus pada titik-titik ( X, Y ) dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata
skor tingkat kepuasan seluruh faktor dan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor
tingkat harapan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, selanjutnya
tingkat unsur-unsur tersebut dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam
diagram Kartesius (yohana, 2009) .
Seperti pada gambar dibawah ini :
Keterangan :
1. Kuadran
A menunjukkan faktor-faktor yang dianggap sangat penting, namun pihak rumah
sakit belum melaksanakannya sesuai keinginan/harapan pasien.
2. Kuadran
B menunjukkan faktor-faktor yang dianggap sangat penting telah berhasil
dilaksanakan sesuai keinginan / harapan pasien dan sangat memuaskan sehingga
wajib dipertahankan.
3. Kuadran
C menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pasien,
pelaksanaannya dijalankan secara cukup atau biasa biasa saja.
4. Kuadran
D menunjukkan faktor yang kurang penting, tetapi pelaksanaannya
berlebihan.Pelayanan Penyakit Dalam menjadi bermanfaat apabila sesuai dengan
kepentingan / harapan pasien dan
pelaksanaannya dirasakan sangat memuaskan terletak pada
6.
Manfaat Pengukuran Kepuasan Pasien pada
Rumah Sakit
Menurut Gerson
(2004), manfaat utama dari program pengukuran adalah tersedianya umpan balik
yang segera, berarti dan objektif. Dengan hasil pengukuran orang bisa melihat
bagaimana mereka melakukan pekerjaannya, membandingkan dengan standar kerja,
dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan
pengukuran tersebut.
Menurut Azwar
(2003), didalam situasi rumah sakit yang mengutamakan pihak yang dilayani
(client oriented), karena pasien adalah pasien yang terbanyak, maka banyak
sekali manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan kepuasan pasien antara
lain sebagai berikut :
a.
Rekomendasi medis untuk kesembuhan
pasien akan dengan senang hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap
pelayanan rumah sakit.
b.
Terciptanya citra positif dan nama baik
rumah sakit karena pasien yang puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya
kepada orang lain. Hal ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit
karena merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak langsung.
c.
Citra rumah sakit akan menguntungkan
secara sosial dan ekonomi. Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin
mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini mereka dengar akan
menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatnya pendapatan
rumah sakit).
d.
Berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholder) rumah sakit, seperti perusahaan asuransi akan lebih menaruh
kepercayaan pada rumah sakit yang mempunyai citra positif.
0 komentar:
Posting Komentar